Muslim, salah seorang pemilik kapal menyebutkan, hampir setiap hari rata-rata 100 orang turis yang datang ke pasar terapung.
Umumnya mereka sangat menikmati perjalanan wisata tersebut karena selain ke pasar terapung, wisatawan juga menikmati kehidupan masyarakat yang berada di sepanjang daerah aliran sungai yang rumahnya semua terbuat dari kayu.
Yang menjadi pertanyaan wisatawan, meskipun terbuat dari kayu, namun rumah tersebut sangat kokoh dan kayunya tidak lapuk.
Menurut Muslim, kayu yang digunakan untuk rumah tersebut merupakan kayu jenis ulin, sehingga semakin lama terendam akan semakin kuat.
Dalam perjalanan di Sungai Barito tersebut pengunjung juga bisa mengunjungi tempat yang tidak kalah uniknya dari pasar terapung itu sendiri, yaitu Pulau Kembang.
Pulau yang berada di tengah Sungai Barito itu ditumbuhi pohon khas Kalimantan dan dihuni kawanan monyet ekor panjang dan bekantan (moyet hidung mancung).
Sampai di dermaga Pulau Kembang, para pengunjung langsung disambut monyet ekor panjang yang biasanya mengincar makanan. Sepertinya kawanan monyet tersebut mengetahui para pengunjung membawa makanan, seperti pisang, sehingga binatang ekor panjang itu langsung berkumpul di dermaga ketika ada tamu yang datang.
Namun, dari sekian banyak monyet ekor panjang, tidak satu pun monyet bekantan berada di situ.
"Tingkah laku bekantan sangat berbeda dengan monyet ekor panjang. Bekantan punya sifat malu. Jadi kalau banyak orang monyet itu tidak mau keluar," katanya.
Untuk masuk ke kawasan pulau tersebut, pengunjung harus membayar, untuk turis domestik hanya Rp 5.000 sedangkan turis asing Rp 25.000 per orang.
Mansyursyah, salah seorang pengunjung menyampaikan, seharusnya pemerintah setempat harus merawat lokasi ini, dengan menambah fasilitas pendukung yang memadai, sehingga wisatawan yang datang bisa menikmatinya. "Ini merupakan aset daerah yang harus dipertahankan," katanya.
sumber by : http://travel.kompas.com/read/2013/09/20/0750435/Mengunjungi.Pasar.Terapung.di.Sungai.Barito
0 komentar:
Posting Komentar